Kuasa hukum Partai Demokrat kubu KSP Moeldoko, Rusdiansyah angkat bicara terkait ungkapan Juru Bicara Partai Demokrat kubu Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) Herzaky Mahendra Putra, mengenai adanya pertemuan antara Moeldoko dengan SBY beberapa tahun lalu. Herzaky mengatakan, KSP Moeldoko yang masih menjabat sebagai Panglima TNI mendatangi SBY di kediamannya di Cikeas, Jawa Barat, untuk meminta SBY mengangkat Marzuki Alie sebagai Sekjen Partai Demokrat. Menanggapi pernyataan itu, Rusdiansyah mengatakan jika pertemuan Moeldoko dan SBY untuk meminta Marzuki Alie menjadi Sekjen Partai Demokrat adalah tidak benar.
Lebih lanjut kata Rusdiansyah, Marzuki Alie bukanlah tipe orang yang mengemis jabatan terlebih melalui perantara orang lain. Menurut Rusdiansyah, dalam kondisi tersebut sebenarnya yang terjadi adalah ketakutan SBY kalau Marzuki Alie maju sebagai calon Ketua Umum Partai. Kondisi sebenarnya yakni, SBY malah meminta kepada Marzuki Alie untuk tidak maju dan mencalonkan diri menjadi Ketua Umum Partai, sebab kata Rusdiansyah, posisi tersebut yang ingin ditempati oleh SBY.
"Pak SBY itu meminta Pak Marzuki untuk tidak maju menjadi ketua umum Partai justru, SBY takut justru, Pak SBY yang takut Pak Marzuki maju sebagai ketua umum, karena dia sendiri ingin maju, itu yang benar," beber Rusdiansyah. "Jadi itu ga ada itu, Pak Marzuki bukan tipe orang yang meminta minta jabatan, tidak pernah beliau itu meminta minta jabatan," ujarnya. Sebelumnya, Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko kerap menemui mantan Presiden RI ke 6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di kediamannya, Cikeas, Barat.
Juru Bicara sekaligus Kepala Badan Komunikasi Strategis (Bakomstra) Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra mengatakan, pertemuan itu diawali atas ambisi Moeldoko untuk menjadi Presiden. "Konstruksi besar dari persoalan yang terjadi di Partai Demokrat ini, dimulai dari ambisi seorang KSP bernama Moeldoko, yang ingin sekali menjadi Presiden," kata Herzaky saat konferensi pers di Kantor DPP Partai Demokrat, Minggu (3/10/2021). "Sedangkan ambisi menjadi Presiden ini, pertama kali muncul pada 2014. Ada seorang pengusaha nasional yang menghadap Presiden SBY dan meminta restu Pak SBY, agar PD (Partai Demokrat mengusung Moeldoko sebagai Calon Presiden)," sambungnya.
Padahal kata Herzaky, KSP Moeldoko saat itu masih menjadi perwira aktif dan baru saja diangkat menjadi Panglima TNI. Tak cukup di situ, setahun setelahnya, Moeldoko kembali mendatangi SBY, kali ini mantan Panglima TNI tersebut kata Herzaky, memohon kepada SBY untuk mengangkat Marzuki Alie untuk menjadi Sekjen Partai Demokrat. Padahal kata Herzaky saat itu, SBY menganggap kedatangan Moeldoko ke Cikeas adalah keperluan penting dan mendesak, sebab saat itu Moeldoko tengah menjabat sebagai Panglima TNI, sedangkan SBY sudah menjadi mantan Presiden.
"Ternyata, pesannya tidak sepenting dan semendesak yang diduga. Moeldoko hanya mengatakan: “Pak, tolong kalau Bapak terpilih lagi sebagai Ketua Umum, agar Bapak mengangkat Marzuki Alie sebagai Sekjen nya" gitu," kata Herzaky. Kala itu kata Herzaky, SBY marah, bukan saja karena Moeldoko yang seorang Panglima TNI aktif telah melanggar konstitusi dan undang undang dengan melakukan politik praktis dan intervensi. Akan tetapi mantan Ketua Umum Partai Demokrat itu juga marah karena sebagai salah satu penggagas dan pelaksana reformasi TNI.
"Pak SBY tidak rela TNI dikotori oleh ambisi pribadi yang ingin berkuasa dengan cara cara yang melanggar aturan dan hukum," bebernya.